Puja Astawa, seorang fotografer yang beralih ke dunia vlogging, menawarkan inspirasi dan kebijaksanaan melalui kisah perjalanannya. Awalnya berkarir dalam fotografi, ia menemukan cinta pada dokumentasi Lanscape dan Human Interest, menganggapnya sebagai bentuk dokumentasi sejarah yang tak ternilai.

Puncak perubahan terjadi pada tahun 2018 ketika Puja menyaksikan reaksi orang Bali terhadap gempa. Terinspirasi untuk memberikan edukasi melalui video, Puja memanfaatkan channel YouTube-nya yang sudah ada. Dengan semangat tinggi, ia memilih metode syuting sendiri bersama ibunya, menghadirkan konten autentik tentang kebiasaan orang Bali yang mencintai hewan peliharaan lebih dari anak-anak mereka sendiri.

Kisah perjuangan tak terhindarkan, seperti kesulitan mencari talenta dan pertanyaan seputar komisi, membentuk kreativitas Puja. Memutuskan untuk turun langsung dengan tiga kamera dan tripod, Puja menghasilkan video yang lebih alami dan mendapat respons positif dari penonton. Kepopuleran Puja semakin melonjak dengan karya-karyanya di grup Facebook, khususnya “Puja Astawa haibanana,” yang mencatat kegemparan di media sosial. Video mengenai wabah corona dengan keterlibatan anaknya menjadi viral, mendapatkan puluhan ribu share dan jutaan penonton.

Menurut Puja, kesuksesan ini adalah hasil dari kesabaran dan dedikasinya pada proses kreatif. Dari sekadar hobi, kini Puja Astawa mendapat bonus berupa pengakuan dan popularitas. Pesannya untuk generasi muda adalah jangan putus asa, kembangkan konten menarik, dan tambahkan unsur edukasi bagi masyarakat. Saat ini, Puja Astawa sibuk dengan pesanan iklan layanan masyarakat, berkolaborasi dengan pemerintah dan produk lokal Bali.

Meskipun bersifat komersial, ia tetap mempertahankan ciri khasnya dengan menyelipkan elemen edukasi dan komedi. Perjalanan Puja Astawa menginspirasi kita untuk mengejar passion dengan tekun dan menghargai setiap proses dalam berkarya.