“Terimakasih Baliku untuk budaya dan alammu, terimakasih Baliku, cantik gadismu dan kerasnya, arak Balimu…”
Tak salah memang Slank menciptakan lagu khusus untuk Bali, karena siapapun akan terpesona dengan daerah ini. Kami terpaksa harus merelakan tak bisa menyeberang ke Lombok karena terkendala motor yang kami naiki harus ditilang Polisi di Padang Bai.
Namun, semua kejadian pasti ada hikmahnya. Semua sudah ada bagi-baginya. Buktinya yang bisa saya berikan ke kawan-kawan, kegagalan ke Lombok berbuah sebuah perjalanan lain yang tak kalah menariknya, yaitu Ubud.
Siring Ubud merupakan tempat yang menarik dikunjungi karena budaya dan masyarakat lokal masih dipegang erat. Dari beberapa hal yang saya amati di sana, dan juga dipadankan dengan google, Ubud adalah sebuah tempat peristirahatan di daerah kabupaten Gianyar pulau Bali.
Ubud ini utamanya terkenal di mata wisatawan domestik maupun mancanegara karena lokasi ini terletak di antara sawah dan hutan yang terletak di antara jurang-jurang gunung yang membuat alamnya sangat indah. Selain itu Ubud dikenal karena seni dan budaya yang berkembang sangat pesat dan maju. Denyut nadi kehidupan masyarakat Ubud tidak bisa dilepaskan dari kesenian. Di sini banyak pula terdapat galeri-galeri seni, serta arena pertunjukan musik dan tari yang digelar setiap malam secara bergantian di segala penjuru desa.
Sudah sejak tahun 1930-an, Ubud terkenal di antara wisatawan barat. Kala itu pelukis Jerman Walter Spies dan pelukis Belanda; Rudolf Bonnet menetap di sana. Mereka dibantu oleh Cokorda Gede Agung Sukawati, dari Puri Agung Ubud. Sekarang karya mereka bisa dilihat di Museum Puri Lukisan, Ubud.
Nah, pagi itu di Ubud muncul ide mau mengembara kembali. Ayu menjemput saya untuk mampir ke kampung ibunya, kebetulan juga tempat saya menginap tak jauh dari kampungnya di Tampak Siring.
Sekilas informasi saja dari yang saya cari, Tampak Siring adalah sebuah kecamatan di kabupaten Gianyar, luas dari wilayah kecamatan Tampak Siring, sebesar 42,63 kilometer persegi. Jika kita berangkat dari airport Ngurah Rai Denpasar, maka perlu waktu satu jam-an untuk ke tempat wisata di Ubud ini dengan mobil. Tampak Siring lebih dikenal di kalangan wisatawan sebagai sebuah pura yang bernama Tirta Empul.
Tirta Empul adalah nama sebuah pura yang terletak di kecamatan Tampak Siring. Pura Tirta Empul banyak dikunjungi para wisatawan, baik dari mancanegara maupun wisatawan domestik. Objek wisata Tirta Empul, merupakan salah satu, tempat liburan di Bali yang wajib dikunjungi. Di Pura Tirta Empul, terdapat mata air dan juga digunakan oleh masyarakat pemeluk agama Hindu, untuk permandian dan memohon tirta suci.
Sampai di sana memang kampung ini sangat tenang, jauh dari kebisingan. Saya melihat ibadah saudara Ayu ditemani cahaya matahari pagi membuat pagi itu sangat indah. Saya juga berbincang-bincang santai dengan paman dan bibi Ayu, yang ujungnya mereka memberikan saya sebuah cinderamata sebuah koin Bali, yang memang awalnya keberadaan koin itu membuat saya bertanya-tanya penasaran.
Setelah lama di lokasi itu, saya dan ketiga teman dari Mojokerto sepakat untuk pergi ke kampung Bangli, sebuah wilayah pedesaan yang menjadi ikon desa wisata di Bali, objek ini memang menjadi tujuan wisatawan domestik dan asing. Akses ke lokasi cukup mudah berada pada jalur utama Bangli dan Kintamani, sekitar 45km dari Denpasar, tepatnya Kel. Kubu, Kecamatan Bangli. Pengembangan desa Penglipuran di Bangli ini sebagai kawasan wisata memang sangat tepat, karena memiliki budaya dan tradisi unik didukung oleh suasana asri, nyaman , lingkungan kondusif dan sejuk karena berada pada dataran tinggi, di ketinggian 700 meter dari permukaan laut, sehingga berhawa sejuk, tanaman tumbuh subur di desa Penglipuran terlihat hujau dan asri (saya kutip dari google).
Masuk ke kampung ini dikenakan biaya untuk pengembangan kampung sebesar Rp 10 ribu. Di situ suasana kampungnya sangat sederhana. Kami para pendatang diperbolehkan mampir ke rumah warga dan mencicipi makananan dan minuman tradisional. Di sinilah saya merasa bahwa memang di Bali, baik di kota maupun sampai ke pedesaannya, semua warganya sadar akan wisatawan, mungkin karena mereka telah mendapat sebuah pedoman dari pemerintah bahwa, berikan tamu sebuah pelayanan yang maksimal, dan benar adanya, Bali salah satu tempat yang baik pemerintahnya maupun masyarakatnya siap dengan segala bentuk kepedulian akan pariwisatanya, patut dicontoh daerah lain.
Konsep wisata di sanapun tidak neko-neko, tidak membuang aslinya. Dan ketika berjalan di sana kita banyak melihat orang-orang masih menggunakan pakaian adat. Setelah menyaksikan kampung itu kami melanjutkan perjalanan menuju Kintamani untuk berendam di air panas. Kita harus membayar Rp 60 ribu untuk berendam dengan view danau Batur.
“Bali, You leave this island with a sigh of reget and as long as you live you can never forget this Garden of Eden (Vickers, 1989: 91), kutipan dari Adrian Vickers, seorang scholar ahli Bali dari Sydney University Australia di bukunya yang terkenal, Bali: A Paradise Created (1989) mengutip dari brosur KPM pada 1914. KPM (Koninklijk Paketvarrt Maatschapij). Sempurnanya hari ini.
7 Maret – “Hujan” Sunset di Kuta “Basahi” Kami
Memulai hari ini saya masih bangun di rumah Ayu, dan masih tetap penasaran dengan ritual sembahyang ibu, setiap kali saya melihat ibu sembahyang hati saya selalu merasa tenang, karena di situ ada pesan yang tertulis bahwa bagaimana damainya orang melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaannya dengan kondisi yang juga damai.
Siang ini, saya berencana memberi jasa mengantarkan adik Ayu ke bandara, dia mau terbang ke Jogja, katanya untuk main-main saja di sana. Adik Ayu mengaku baru kali pertama naik pesawat, makanya dia sedikit nervous dan sesekali meminta pendapat saya. “Tenang saja, di mana-mana pengalaman pertama itu adalah pengalaman paling indah, enjoy, nikmatin aja,” itu kata saya dengan sedikit sombong hahaha.
Tiba di bandara sekitar pukul 12 belas siang dan Ayu datang membantu adiknya mengurusi keberangkatan, tugas saya pun selesai. Keluar dari bandara menggunakan sepeda motor saya bingung mau melanjutkan ke mana, jujur hari ini saya tidak punya tujuan, saya hanya ingin mengikuti kata hati saja dan kemana arah ban motor melaju, saya habiskan hari itu berkeliling di area pantai Kuta dan melihat warung sederhana.
Segelas kopi saya pesan untuk menikmati istirahat di warung sederhana tersebut sebelum akhirnya saya mendapat pesan singkat dari Mbak Yudha mengajak ketemu di Kuta untuk mengembalikan motor rental dan melihat sunset di Kuta. Hari itu kami tutup dengan berkumpul lagi sambil menikmati indahnya sunset di pantai Kuta. Terimakasih Bali ku… (*)
Recent Comments