Setelah ritual mengantar dan menjemput gomos, serta makan di rumah Bapak Hotli, saya diantarkan ke pelabuhan penyeberangan untuk melanjutkan petualangan menuju Pulau Weh. Saat tiba di pelabuhan, saya mengetahui bahwa kapal hanya beroperasi pagi dan sore. Dengan menunggu hingga sore jam 16.00 WIB, saya membeli tiket kapal seharga Rp. 30.000.
Perjalanan selama sekitar 2 jam membawa saya ke Sabang, tiba di malam hari. Tanpa rencana yang pasti, saya memutuskan untuk keluar pelabuhan dan mencari tahu destinasi terbaik di Pulau Weh. Meski menghadapi keterbatasan angkutan dan budget, saya memilih berjalan kaki menuju Pantai Iboih, yang konon menjadi salah satu pantai terbaik di pulau tersebut
Dalam perjalanan, saya menawarkan tumpangan kepada beberapa orang dan berganti mobil hingga menempuh 15 km. Namun, sampai di warung terakhir, transportasi sudah tidak tersedia karena malam telah tiba. Tanpa opsi lain, saya bernegosiasi dengan seorang remaja untuk membawa saya ke Pantai Iboih dengan biaya Rp. 30.000.
Sampai di lokasi, saya baru menyadari bahwa saya telah dibawa ke Pantai Gapang, bukan Pantai Iboih. Meski tiba di tempat yang tidak direncanakan, saya tetap mematuhi aturan dan bertanya kepada seorang bapak-bapak di sekitar sana. Dengan membayar uang kopi sejumlah yang diminta, saya diizinkan mendirikan tenda di pantai tersebut sebagai pengganti akomodasi mahal yang mencapai Rp. 300.000 per malam.
Petualangan malam itu, dengan segala kejutan dan improvisasi, menjadi pengalaman yang seru dan tak terlupakan di Pulau Weh.
Recent Comments