Pagi itu, saya pagi sekali sudah bangun dan mempersiapkan diri untuk hadir di acara Cangkrukan. Pak Agung kebetulan ada urusan yang sempat macet karena ada acara pawai barongsai, maka, tanpa mau menyusahkan pikiran Pak Agung saya harus memutar otak mencari cara agar Pak Agung tak terlalu memikirkan kondisi saya yang menunggu jemputan.
Melihat ada becak, saya pun meminta abang becak mengantarkan saya ke lokasi, acara sendiri dijadwalkan pukul 09.00 WIB, sementara jam di tangan saya sudah 08.40 WIB, untungnya, lokasi kebetulan tak jauh dari situ, setelah deal harga dengan abang becak Rp 20 ribu saya meluncur ke Warung Rakyat. Tiba di lokasi, saya menggambarkan suasana yang sangat ramai, panitia langsung memberi laporan ke saya bahwa setidaknya ada 67 peserta yang hadir! Padahal kuotanya hanya 50 orang.

17 orang yang datang itu tak bisa dicegah panitia dan mereka tetap bisa mendengarkan dan ikut acara ini. Acara sendiri molor satu jam dari jadwal, dengan di-moderatori Mas Gani acara diskusi ringan itu pun mulai berjalan. Saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana antusiasnya peserta yang hadir, diskusi yang saya buat dengan terbuka, mulai memunculkan pertanyaan-pertanyaan kritis mulai dari bagaimana awal memulai perjalanan, ada yang bertanya soal teknis fotonya sendiri. Dan yang paling menarik bagaimana mereka yang masih SMA bisa memulai foto travel, padahal mereka hanya punya kamera seadanya.

“Saya cuma berpesan, peralatan adalah tools, hanya sekedar tools, yang dikejar dengan peralatan standart adalah moment dan keunikan dan itu yang membuat fotomu bisa dipandang, bukan dari alat,” itu jawab saya saat mendapat pertanyaan soal bagaimana mereka minder dengan peralatan yang seadanya. Usai acara, saya sangat tidak menduga bahwa akan menjadi bahan foto. Hahaha…
Saya merasa seperti artis saja, semua peserta meminta untuk berfoto layaknya artis-artis yang biasa saya lihat di televisi, ah, kalau saya bisa flashback, saya tak pernah menduga akan ada moment seperti ini. Kemudian saya sempat ngobrol dengan Bang Untung, sedikit bertanya sebetulnya bagaimana konsep yang mereka tawarkan kepada orang sehingga, kok pesertanya bisa membludak.

“Saya juga bingung acaranya membludak seperti ini, niat awalnya sih acara ini hanya mencoba gaya lain, biasanya acara di sini hunting model dan sifatnya edukasi masih minim, apalagi sekarang Mojokerto sudah banyak eskul foto jadi saya pikir masuk dengan acara seperti ini membekali anak-anak muda dengan dasar-dasar baru, dengan ilmu untuk berkarya ke depannya. Apalagi ini juga ngomongin travel dan fotografi aliran foto yang baru di temen-temen di Mojokerto,” kata Bang Untung, sambil mengatakan, memang Warung Rakyat memang tempatnya orang-orang muda kumpul, jadi klop-lah.
Kata-kata Bang Untung membuat saya menganggukan kepala tanda setuju kala dia berkata, bahwa ilmu itu tidak dibawa mati, nggak semata-mata semuanya soal uang karena nanti suatu saat ada yang keluar sebagai photographer hebat dari acara yang mereka gelar hari ini, dan itu akan menjadi kepuasan tersendiri bagi panitia. “Dan saya senang ada acara seperti ini dan ke depanya ada acara kayak gini dengan adanya bedah foto serta hunting untuk next event,” kata Bang Untung.

Handbook yang dibagikan kepada peserta Cangkrukan di Mojokerto.

Handbook yang dibagikan kepada peserta Cangkrukan di Mojokerto.

Arum perempuan umur 8 tahun salah satu pemenang lomba foto on the spot Cangkrukan di Warung Rakyat & Bang Untung Sitanggang salah satu dalang terlaksananya acara event Cangkrukan di Mojokerto.

Arum perempuan umur 8 tahun salah satu pemenang lomba foto on the spot Cangkrukan di Warung Rakyat & Bang Untung Sitanggang salah satu dalang terlaksananya acara event Cangkrukan di Mojokerto.

Nah, di antara pembicaraan saya dengan Bang Untung, saya juga berbicara dengan salah satu geng, yang mereka namai geng mereka adalah Geng Jalan. Mereka ini adalah orang-orang yang suka jalan dan mengabadikan momen itu dalam bentuk video singkat yang mereka upload ke instagram maupun sosmed lainnya.
“Makanya, kami kemarin bikin video (videonya pernah saya upload di laman facebook saya), bahwa ini ada orang yang berpengalaman datang, makanya kita iseng-iseng buat video untuk menyambut tamu dan di upload di Youtube, Instagram, Facebook. Dan geng kami ini memang sekarang lagi konsen video karena berfikir bahwa itu bisa jadi kenangan persahabatan kami Geng Jalan saja. Ketika ditanya harapanya nanti kita diajak jalan ikut pengembara,” harapnya.

Ada lagi salah seorang murid SMA Bangsal kelas 2, Tyas namanya, dia berkata, ikut kegiatan Cangkrukan itu untuk mendapat ilmu karena ia sendiri masih sangat pemula dan ia sangat tertarik untuk mendalami dunia fotografi. “Foto di samping keliatan bagus tapi kelihatan unik. Harapanya ada seperti ini supaya menambah wawasan dan pengetahuan fotografi,” kata Tyas.
Sementara Alfan, anak kelas 10 SMA TNH, ingin mengetahui keseruan diajarkan komposisi foto dan ilmu-ilmu lainnya, juga bicara soal angle-angle foto. “Acara yang didapat soal cara berfikir beda dan unik dalam mengambil foto,” itu katanya. Menurut Islamia, seorang siswa SMK Negeri kelas 10 Sooko Multimedia, dia mengucapkan terimakasih atas kedatangan saya, karena dia mengaku bisa mendapat banyak ilmu, contohnya foto moment. “Dan semoga bisa ketemu lagi,” harap Islamia.
Dian Saputro siswa SMK Negeri Sooko juga mengatakan dia ikut kegiatan Cangkrukan agar dapat ilmu soal potografi, yang akan ia aplikasikan usai mendapat materi. “Semoga kami semuanya bisa kayak Om Moonstar,” harap Dian.

Postingan Instagram peserta di acara Cangkrukan di Warung Rakyat

Postingan Instagram peserta di acara Cangkrukan di Warung Rakyat

Nah, usai acara itu sendiri, panitia menyiapkan sebuah lomba poto on the spot dengan produk Crop Adventure. Menurut Pak Agung selaku owner Teras Outdoor, mereka membuat Cangkrukan dinilai bagus karena bukan hanya meng-cover para penggila potografi saja, tapi semua komunitas bisa berkumpul, membuka wawasan yang baru untuk Mojokerto. “Mungkin ke depanya dibuat wadah untuk berkelanjutan tidak selesai acara ini habis selesai. Pusat dari semua komunitas ada di sini sehingga acara ini sukses karena teman-teman segala macam kalangan,” kata Pak Agung.

Tiba saat untuk menjuri hasil poto on the spot itu, saya tertarik melihat 1 poto dari sekian banyak yang dikirim, ada 1 foto sandal dengan duduk telapak sandal dan kakinya lumpur. Ternyata yang mengambil poto itu adalah Arum, dia adalah anak perempuan yang baru berumur 8 tahun yang meng-upload potonya lewat akun instagram ibunya, dan jujur itu membuat saya terpana.
Umur 8 tahun bisa menghasilkan karya seperti ini. Dalam pikiran saya dia akan menjadi photographer perempuan hebat pada jamannya nanti. Usai acara, malam harinya suasana semakin akrab, kekeluargaan terpancar dari Warung Rakyat, saya diajak makan bersama dan obrolan panjang hingga akhirnya saya tampak kelelahan dan akhirnya saya malam ini memilih untuk tidur di rumah Om Agung. Terimakasih Mojokerto. (*)

Salah satu pemenang lomba di acara Cangkurkan, Arum umur 8 tahun & Pemenang juara 1 lomba foto on the spot #cropadventure #cangkrukan di Warung Rakyat.

Salah satu pemenang lomba di acara Cangkurkan, Arum umur 8 tahun & Pemenang juara 1 lomba foto on the spot #cropadventure #cangkrukan di Warung Rakyat.

Berfoto bersama para peserta anak salah satu sekolah menengah atas di Mojokerto acara Cangkrukan.

Berfoto bersama para peserta anak salah satu sekolah menengah atas di Mojokerto acara Cangkrukan.

Semua panitian yang menjadikan acara Cangkrukan ini sukses.

Semua panitian yang menjadikan acara Cangkrukan ini sukses.