Sudah hampir sebulan di Bali, tak terasa saya harus melangkah pergi (sementara) dari pulau penuh kenangan yang memberikan saya banyak pelajaran soal kehidupan, keluarga, persahabatan, dan cinta. Tanpa berhenti bersyukur, saya kembali dipertemukan dengan banyak orang baik di Pulau Dewata. Mereka dengan rendah hati mengizinkan seorang penggembara seperti saya buat mengetahui tentang identitas dan budaya Bali yang tak lekang lelah mereka jalani.
Bermain dan bersantai di Pantai, terlalu “sempit” kalau hanya ingin dilakukan di sini. Di tiap sudut kota, saya merasakan hal lebih indah dari sekedar bermain-main ombak, yaitu kerja keras orang Bali untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan, melalui pemberian persembahan, perayaan unik, hingga upacara keagamaan.
Sebelum menapakkan kaki di Tanah Lombok, izinkan saya membagi lima momen unik yang pantas dikejar di Bali dan tentunya menjadi kenangan yang akan selalu saya ingat di hati.
Upacara 3 Tahunan, Usaba

Tari Bali di perayaan Usaba di Budakeling
Upacara ini diperuntukkan buat menghindari sebuah wilayah dari kekuatan jahat. Saya beruntung bisa menyaksikan upacara Usaba di Desa Budakeling Karang Asem dengan bantuan dari Bapak Gus Santi. Menyaksikan kerja sama sesama penduduk Bali buat menghadirkan upacara yang begitu megah, membuat saya terperangah. Tiap orang sudah tahu porsi pekerjaan masing-masing, sehingga selisih paham bisa diminalisir. Mereka punya tujuan satu, memberikan hal terbaik yang mereka punya buat berkomunikasi dengan Yang Maha Kuasa agar senantiasa menjauhkan mereka dari malapetaka.
Tari Kecak di Uluwatu

Seorang peselancar usai latihan di pantai Kuta dengan background sunset.
Menyaksikan tari kecak sambil menyaksikan matahari terlelap jadi kombinasi yang nggak boleh terlewati di Uluwatu, Bali. Dari dulu saya kepingin buat melihat tarian tradisional ini, ternyata foto-foto di internet berhasil membuat saya menyaksikan secara langsung keindahan dan kegemulaian para penari. Cerita Ramayana yang disuguhkan pun mamu bikin saya terlarut. Kalau kepingin menonton, penampilan ini selalu ada tiap hari dengan harga tiket Rp100ribu.
Upacara Ngaben

Kobaran merah api menandakan upacara ngaben terhadap jenazah Pak Wayan, seorang warga di Banjar Bengkel Hayam Wuruk Bali. Pak Wayan sendiri meninggal dunia di umur 75 tahun. Upacara ngaben terhadap jenazah Pak Wayan ini dilakukan di pemakaman Sumerta.
Di perjalanan ke Ubud, saya melewati Denpasar dan beruntung bisa menyaksikan upacara Ngaben. Ketika seseorang meninggal, seluruh keluarga dan kerabat berbondong-bondong mengantarkan ke peristirahatan terakhir. Mereka mengeluarkan tenaga dan usaha terakhir kali demi mengembalikan sang mendiang ke unsur dasar manusia yaitu, tanah, air, dan api. Nggak tiap saat kamu bisa menyaksikan Ngaben, karena keluarga yang ditinggalkan harus menemukan hari baik untuk melakukan upacara ini.
Ogoh-Ogoh Nyepi

Parade ogoh-ogoh ini dinikmati warga Denpasar sebelum merayakan Nyepi, disambut antusias ribuan warga, Selasa 8 febuari 2016.
Sebelum menjalani Hari Nyepi, penduduk Bali biasanya mengadakan Hari Pengurupukan yang salah satunya menampilkan festival ogoh-ogoh. Di segala penjuru Bali, kamu pasti akan melihat patung-patung yang terbuat dari stereofoam sampai Koran yang menyerupai bentuk menyeramkan, seperti, Raksasa, binatang buas dan segala hal yang menakutkan. Di era modern, sekatruna-truni (muda-mudi Bali) jauh lebih kreatif menghadirkan ogoh-ogoh, bahkan nggak segan-segan menyindir isu terkini yang sedang terjadi di Indonesia.
Omed-Omedan

Para remaja di Desa Sesetan, Denpasar, Bali menggelar Omed-omedan atau tradisi berpelukan massal, sehari setelah Nyepi kemarin. 10 maret 2016
Setelah seharian menenangkan diri dengan tidak menyalakan api, berpergian ke luar rumah, berfoya-foya, hingga bekerja, para muda-mudi diperbolehkan merayakan hari kemenangan mereka. Di Bali, Banjar Kaja di Sesetan jadi satu-satunya tempat yang punya perayaan special, namanya Omed-Omedan (tarik-menarik). Intinya, kelompok perempuan akan memilih satu orang dan dipertemukan dengan seorang lelaki yang juga dipilih oleh para teman-teman sekelompok mereka. Di tahun ini, mereka saling berpelukan dan melempar air. Kabarnya sebelumnya, mereka bahkan sempat bukan hanya berpelukan namun berciuman. Cukup terhibur melihat ekspresi para ‘jagoan’ dengan pasangan tak terduga mereka. Kalau memang sempat, coba saja datang dan menyaksikan Omed-Omedan di Jalan Raya Sesetan, tepatnya Balai Banjar Kaja.
Recent Comments