Ingat cerita saya kemarin, bahwa saya akhirnya bisa bertemu dengan kawan saya sesama anak Bangka yang merantau di Jogja, Arie dan saya menginap di kostan Arie. Pagi itu saya bangun sekitar pukul 10.00 WIB. Dari semalam kami sudah merencanakan akan mengunjungi Umbul Ponggok. Itu tempat wisata komplit, sampai ada wisata baharinya.
Perjalanan kami tempuh dari Jogja kurang lebih memakan waktu 2 jam perjalanan naik motor. Lokasinya di Kabupaten Klaten. Sekitar tengah hari kami tiba di Umbul Ponggok, itupun kami hampir bertanya lebih dari 10 orang mencari lokasi, karena baik saya maupun Arie sama-sama tidak tahu lokasi.

Setiba di sana kami bayar tiket masuk per orang itu Rp 8 ribu. Lalu kalau mau sewa kacamata selam Rp 13 ribu dan pelampung Rp 7 ribu. Kalau penasaran, kawan-kawan pengembara lebih baik datang ke situ. Banyak hal menarik yang bisa kalian dapatkan di Umbul Ponggok. Airnya sangat jernih, bahkan setelah di dalam air kita bisa menyewa properti seperti sepeda, motor bahkan tenda. Jika menyewa sepeda membayar Rp 20 ribu dan jika ingin bergaya naik motor atau pose menonton tv dan memakai tenda anda diharuskan membayar Rp 100 ribu.
Kurang lebih 1 jam kami berenang dan berfoto mulai merasa kedinginan, akhirnya kami berdua putuskan naik dulu sambil minum kopi dan makan gorengan di warung dekat-dekat situ.

Di sela-sela ngopi dan makan gorengan itu, saya menyempatkan diri mengajak ngobrol ibu penjaga warung, namanya Ibu Sumadi, umurnya kira-kira 60an tahun. Dia merasa tertarik juga rupanya dengan cerita bagaimana saya telah 8 bulan mengembara mengelilingi Indonesia. Dan dia pun tahu bahwa seluruh perjalanan saya, selalu saya abadikan di sebuah tulisan dan foto-foto, makanya dia pun tak sungkan-sungkan menceritakan peliknya hidup berjualan di lokasi tersebut.

Ibu Sumadi sudah berjualan di situ sekitar 27 tahun. Diceritakan dia, mulai berjualan sejak tempat itu bukan apa-apa, masih gratis dan masuk cuma Rp 300 perak, bahkan terpal di pondoknya sendiri seiring jaman sudah 4 kali berganti.

Nah, sejak tahun 2014 lokasi itu mulailah ramai setelah banyak yang mempublish ke sosial media. Setelah ramai itu pengelola langsung mencari celah untung. Tempatnya berjualan didirikan tembok dan harus disewa seharga Rp 1,5 juta, ada uang harian Rp 5 ribu serta masih membayar uang listrik dan air setelah adanya peraturan baru.
“Lebih enak jaman dulu, tidak terbebani dengan sewa kontrakan, uang harian uang listrik dan air,” keluh ibu itu. Pernah ia menceritakan lokasi sepi dan hanya mendapat penghasilan Rp 70 ribu. Padahal ia harus membayar sejumlah uang sewa dan biaya warung perbulan. Bahkan walaupun lokasi itu ramai, ternyata belum bisa menjawab keresahan Ibu Sumardi. (*)

Jernihnya wisata Umbul Ponggok

Jernihnya wisata Umbul Ponggok