Di pagi yang cerah di Bandara Sam Ratulangi, saya bertemu dengan Annemie, seorang teman asal Belgia yang saya kenal saat petualangan solo ke Danau Kelimutu pada tahun 2014. Meski waktu telah berlalu, kami tetap terhubung melalui media sosial. Ketika saya memposting rencana menjelajahi Indonesia, Annemie menyatakan keinginannya untuk bergabung, dengan cepat memesan tiket pesawat ke Bandara Sam Ratulangi sebelum melanjutkan ke Bali.

Hanya dengan kepercayaan sebagai panduan dan tiket pesawat yang dikirimkan, Annemie tiba melalui Batik Air dari Jakarta setelah empat kali transit. Bertemu di restoran bandara, kami dengan penuh semangat menantikan kedatangan Sabrina, putri Annemie, yang akan bergabung dalam petualangan kami setelah terbang dari Bali. Menuju pusat kota, kami membeli kartu SIM Telkomsel untuk berkomunikasi. Annemie istirahat di bawah pohon tanpa malu karena dirinya kelelahan meskipun di samping restoran seafood sedang ramai.

Kembali ke bandara sebelum pukul 15.00, kami menerima pesan dari Sabrina tentang letusan Gunung Sinabung, yang menyebabkan pembatalan penerbangannya. Annemie terlihat sedih. Saya menyarankan perubahan rencana, membawanya ke Tomohon untuk suasana yang lebih santai. Kami menyewa mobil ke Terminal Karongbassan (Rp75.000) dan melanjutkan dengan metromini ke Tomohon (Rp8.000).

Tiba di malam hari, kami menginap di Volcano (Rp200.000). Annemie memberi kami kejutan berupa 2 whisky dan 1 vodka. Sebagai tanda hormat, Annemie tidur di kamar sendiri, dan saya tidur di luar. Keterlambatan penerbangan Sabrina menambah dimensi baru pada petualangan kami, menciptakan kisah yang tak terlupakan di Sulawesi Utara.